Jakarta, autonomicmaterials.com – Di balik nama besar Maybelline New York, ternyata tersimpan cerita klasik khas Amerika. Bayangkan: tahun 1915, seorang remaja laki-laki bernama Thomas Lyle Williams memperhatikan kakaknya, Mabel, sedang mencampur abu dari kompor dan petroleum jelly untuk mempercantik bulu matanya. Dari dapur rumah di Chicago, tercetuslah ide besar: mengembangkan produk khusus untuk memperindah mata wanita.
Hasilnya? Sebuah maskara sederhana yang diberi nama “Lash-Brow-Ine”. Beberapa tahun kemudian, ia menamai perusahaannya “Maybelline” sebagai penghormatan kepada sang kakak. Gabungan dari “Mabel” dan “Vaseline”. Unik, bukan?
Kini, lebih dari seabad kemudian, Maybelline tak cuma jadi pelopor kosmetik mata, tapi berkembang menjadi salah satu kekuatan utama di industri kecantikan global. Dengan basis di New York—pusat tren, mode, dan keragaman urban—Maybelline menanamkan nilai bahwa setiap perempuan berhak tampil percaya diri, tanpa perlu mengorbankan kepraktisan dan harga terjangkau.
Kalau kamu pernah mampir ke konter makeup di pusat perbelanjaan, kemungkinan besar kamu akan menemukan logo Maybelline berdampingan dengan slogan legendarisnya: “Maybe she’s born with it. Maybe it’s Maybelline.” Kalimat yang terdengar sederhana, tapi penuh makna. Bahwa kecantikan bisa berasal dari dalam, tapi juga bisa diperkuat dari luar—dan itu sah-sah saja.
DNA Urban yang Kuat—New York Sebagai Inspirasi Tiap Rilisan
Beda dari brand kecantikan lain yang mengusung glamor klasik atau nuansa natural, Maybelline New York secara konsisten membangun identitas sebagai merek urban. Artinya? Produk-produknya dirancang untuk wanita aktif, dinamis, dan cepat beradaptasi dengan ritme kehidupan kota besar.
New York bukan hanya tempat perusahaan ini bermarkas, tapi juga simbol kecepatan, keragaman, dan kepercayaan diri. Dari Times Square yang ramai hingga subway yang penuh energi, semua itu tercermin dalam koleksi Maybelline—baik dari segi warna, kemasan, maupun fungsionalitas.
Contoh paling nyata adalah Fit Me Foundation, salah satu produk andalan Maybelline yang dibuat dalam puluhan shade. Produk ini bukan hanya soal coverage, tapi juga respons terhadap kebutuhan kulit beragam. Di kota seperti New York atau Jakarta, yang isinya multi-etnis dan berbagai tipe kulit, pendekatan ini sangat relevan. Saya pribadi pernah mencoba mencari foundation yang pas di kulit sawo matang, dan hanya Maybelline yang bisa memberikan pilihan shade tanpa membuat kulit tampak abu-abu atau terlalu kuning.
Lalu ada Superstay Matte Ink, lip cream yang diklaim tahan 16 jam. Sesuai dengan gaya hidup wanita urban yang sibuk dan nggak punya waktu untuk touch-up setiap dua jam. Lip cream ini jadi primadona di kalangan pekerja muda hingga mahasiswa. Bahkan, saya ingat teman sekantor saya sempat pakai ini dari pagi sampai malam, dari rapat ke dinner, dan warnanya tetap stay walau sudah makan ayam geprek dan minum kopi tiga kali.
Gaya hidup urban memang butuh makeup yang bisa diandalkan. Dan di sinilah Maybelline mengukuhkan posisinya: praktis, stylish, tahan banting, dan tetap affordabel.
Strategi Branding yang Dekat dengan Milenial dan Gen Z
Satu hal yang membuat Maybelline New York bertahan lama adalah kemampuannya beradaptasi. Di era ketika brand-brand kecantikan berlomba merangkul Gen Z lewat media sosial dan value kampanye sosial, Maybelline bergerak dengan cara yang cerdas—tanpa kehilangan jati diri.
Mereka tahu persis bahwa Generasi Z bukan sekadar konsumen, tapi juga aktivis. Maka Maybelline tidak hanya menjual produk, tapi juga nilai. Salah satu inisiatif mereka yang menonjol adalah kampanye #MakeItHappen, yang mendorong perempuan untuk berani tampil dan mengambil ruang. Frasa ini sering muncul dalam iklan digital mereka, menyampaikan pesan empowerment tanpa terdengar menggurui.
Selain itu, strategi pemilihan brand ambassador juga sangat relevan. Dari Gigi Hadid hingga influencer lokal Indonesia seperti Rachel Goddard atau Tasya Farasya, semua dipilih bukan hanya karena popularitas, tapi karena kepribadian mereka yang kuat, relatable, dan punya cerita.
Anekdot lucu—saya pernah menghadiri beauty class Maybelline di Jakarta, dan seorang peserta dengan polosnya bertanya, “Kalau saya jerawatan, masih bisa pakai Fit Me nggak?” Sang MUA (makeup artist) menjawab dengan santai, “Justru Fit Me diciptakan untuk kamu. Mau kulit kombinasi, berminyak, atau jerawatan, kita punya solusinya.” Dan memang benar, foundation dan concealer mereka termasuk salah satu yang paling ramah kulit remaja.
Di TikTok, Maybelline juga aktif dengan konten yang ringan, edukatif, dan kadang jenaka. Mereka tidak gengsi bermain dengan tren viral, selama tetap sejalan dengan branding utama. Bahkan maskara Sky High Mascara jadi viral di TikTok bukan karena iklan besar, tapi karena review jujur dari pengguna yang amazed dengan hasil lentik dan panjang bulu matanya. Maybelline mengerti satu hal penting: di era digital, kejujuran punya daya jual lebih kuat dari kampanye mahal.
Inovasi Tanpa Henti—Teknologi di Balik Setiap Produk
Di balik kemasan yang trendi dan harga terjangkau, Maybelline New York ternyata tidak main-main soal riset dan inovasi. Brand ini berada di bawah naungan L’Oréal, grup kosmetik terbesar di dunia. Itu artinya, setiap produk Maybelline dibekali teknologi mutakhir dan diuji untuk performa maksimal di berbagai kondisi.
Contohnya Maybelline Sensational Liquid Matte, yang diformulasi agar ringan di bibir tapi tetap pigmented. Produk ini hadir karena banyak pengguna mengeluh lip cream matte sering bikin bibir kering. Tim R&D Maybelline kemudian menyempurnakan formulanya agar hasil akhir tetap matte, tapi tidak bikin bibir pecah-pecah. Ini bukan sekadar improvisasi kosmetik, tapi bentuk mendengar dan merespons konsumen.
Di bidang complexion, Maybelline Fit Me Dewy+Smooth jadi solusi buat pemilik kulit kering yang butuh hasil glowing tanpa terasa berat. Sedangkan Maybelline Instant Age Rewind Concealer dirancang dengan formula yang bisa menyamarkan kantung mata sambil merawat area bawah mata. Kombinasi antara makeup dan skincare ini jadi tren tersendiri, dan Maybelline sudah jauh lebih dulu menanamkan pendekatan itu.
Menariknya, Maybelline juga tidak tertinggal dalam urusan inklusivitas. Saat banyak brand baru berlomba membuat produk gender-neutral, Maybelline justru sudah sejak lama memposisikan produknya sebagai milik semua orang—terlepas dari jenis kelamin atau latar belakang. Beberapa kampanye global bahkan menampilkan pria sebagai pengguna makeup, tanpa gimmick. Natural dan jujur.
Maybelline di Indonesia—Pasar, Tantangan, dan Potensi
Indonesia bukan pasar kecil bagi Maybelline. Justru sebaliknya, negara dengan populasi muda dan pencinta kecantikan ini menjadi salah satu pasar strategis. Dari produk di rak-rak minimarket hingga ke mall besar, kehadiran Maybelline sangat mudah ditemukan.
Dalam sebuah laporan industri kecantikan di Indonesia, Maybelline masuk sebagai salah satu dari lima merek makeup paling laris secara nasional. Salah satu alasannya jelas: kombinasi antara harga terjangkau dan kualitas tinggi. Tapi lebih dari itu, Maybelline juga punya distribusi yang luas—baik secara offline maupun online.
Kita bisa beli Maybelline di Watsons, Guardian, dan toko kosmetik lokal. Tapi juga bisa menemukannya di Shopee, Tokopedia, Lazada, bahkan di TikTok Shop. Adaptasi ini penting, terutama di masa pandemi lalu ketika hampir semua transaksi beralih ke digital. Maybelline cukup cepat membaca arah perubahan itu.
Namun tentu ada tantangan juga. Persaingan makin ketat dengan masuknya brand lokal seperti Somethinc, Luxcrime, atau Dear Me Beauty yang juga menawarkan kualitas tinggi dan sentuhan lokal. Tapi justru di sinilah nilai Maybelline diuji: apakah ia bisa tetap relevan dengan pendekatan global yang membumi?
Sejauh ini, jawabannya adalah: bisa.
Maybelline aktif berkolaborasi dengan komunitas lokal, event-event beauty, dan influencer yang dekat dengan konsumen muda. Mereka juga tidak takut menyesuaikan formula atau shade dengan kondisi tropis Indonesia. Misalnya, mereka merilis varian Superstay yang lebih ringan dan cocok untuk iklim panas-lembap. Pendekatan ini membuktikan bahwa brand global bisa tetap membumi, selama mau mendengar.
Penutup: Lebih dari Sekadar Lipstik dan Maskara
Maybelline New York bukan hanya merek kosmetik. Ia adalah representasi dari kepercayaan diri modern—bahwa makeup bukan untuk menyembunyikan, tapi untuk mengekspresikan. Bahwa kecantikan bisa muncul dari sisi praktis, fungsional, dan tetap glamor.
Dari remaja SMA yang belajar pakai lip balm pertama kali, hingga wanita karier yang butuh foundation tahan seharian, Maybelline hadir sebagai teman setia. Ia tak menjanjikan kesempurnaan, tapi memberikan alat bagi kita untuk merasa lebih percaya diri. Dan kadang, itu sudah lebih dari cukup.
Kalau kamu pernah bertanya: “Produk makeup pertama yang bikin aku merasa cantik itu apa?”—banyak yang akan menjawab, “Maybelline.” Dan jawaban itu bukan karena iklan besar, tapi karena pengalaman pribadi yang menyentuh.
Baca Juga Konten Dengan Artikel Terkait Tentang: Beauty
Baca Juga Artikel Dari: Rahasia Kulit Cerah dan Lembut: Manfaat dan Cara Menggunakan Lulur Badan