Pernah nggak sih kamu ngerasa kepala langsung muter kayak komidi putar pas lagi bangkit dari duduk atau tiduran? Saya pernah. Bahkan cukup sering. Awalnya saya kira cuma karena kurang tidur atau belum sarapan. Tapi lama-lama saya curiga, jangan-jangan ini lebih dari sekadar “masuk angin”. Dan ternyata, setelah konsultasi sama dokter, saya kena yang namanya hipotensi ortostatik.
Nama medisnya memang agak nyeremin, tapi tenang, saya bakal ceritain dengan gaya yang santai dan gampang dicerna. Mungkin kamu juga pernah ngalamin gejalanya, cuma belum tahu aja istilahnya.
Yuk kita bahas bareng-bareng, dari pengalaman pribadi saya sampai info penting yang saya pelajari dari dokter dan hasil baca-baca sumber medis terpercaya.
Pertama Kali Tahu: “Kok Dunia Muter, Ya?”
Waktu itu pagi-pagi, saya baru aja bangun dari tidur. Begitu duduk dan langsung berdiri, saya ngerasa kepala langsung ringan banget, kayak melayang. Pandangan menghitam sebentar. Saya sampai harus pegang tembok biar nggak jatuh.
Saya pikir ini efek kurang minum air putih. Tapi kejadian ini mulai sering banget. Apalagi setelah duduk lama terus berdiri. Rasanya kayak mau pingsan. Tangan dingin, jantung deg-degan, kadang juga mual.
Karena mulai ganggu aktivitas harian, saya akhirnya mutusin buat ke dokter. Dan dari situlah saya kenal dengan yang namanya hipotensi ortostatik.
Apa Itu Hipotensi Ortostatik?
Kalau dijelasin secara medis, hipotensi ortostatik adalah kondisi ketika tekanan darah turun drastis saat kita berdiri dari posisi duduk atau tiduran. Normalnya, tubuh kita akan menyesuaikan aliran darah ke otak ketika berubah posisi. Tapi pada orang dengan kondisi ini, penyesuaian itu terlambat atau nggak terjadi sama sekali.
Akhirnya, darah nggak cukup cepat naik ke otak, dan kita pun merasa pusing, lemas, bahkan bisa jatuh.
Menurut Mayo Clinic, penurunan tekanan darah sebanyak 20 mmHg untuk tekanan sistolik atau 10 mmHg untuk diastolik dalam 3 menit setelah berdiri bisa disebut hipotensi ortostatik.
Gejala Hipotensi Ortostatik yang Saya Alami (dan Mungkin Kamu Juga)
Gejalanya Hipotensi Ortostatik bisa beda-beda tiap orang, tapi ini yang paling umum:
-
Pusing atau kepala ringan saat berdiri
-
Pandangan kabur atau menghitam
-
Lemas atau terasa melayang
-
Jantung berdebar (palpitasi)
-
Pingsan (ini yang paling parah)
-
Mual
Saya sendiri ngalamin semuanya, kecuali pingsan. Tapi jujur aja, beberapa kali rasanya nyaris jatuh. Dan itu cukup menyeramkan.
Kenapa Bisa Terjadi? Penyebab Hipotensi Ortostatik yang Tersembunyi
Nah, ini bagian yang bikin saya kaget. Ternyata, penyebabnya Hipotensi Ortostatik bisa macam-macam:
1. Dehidrasi
Saya termasuk orang yang suka lupa minum. Ternyata kekurangan cairan bisa bikin volume darah turun, jadi waktu berdiri, tubuh kesulitan mengalirkan darah ke otak.
2. Obat-obatan
Beberapa jenis obat, seperti obat tekanan darah tinggi, diuretik, antidepresan, bisa menurunkan tekanan darah dan memperparah gejala. Saya sempat minum obat alergi, dan dokter bilang itu juga bisa berpengaruh.
3. Masalah Jantung
Kalau jantung nggak bisa memompa darah dengan cukup kuat, tekanan darah bisa drop. Ini bisa bahaya banget.
4. Gangguan Sistem Saraf
Orang dengan penyakit Parkinson, diabetes (neuropati), atau gangguan sistem saraf lainnya berisiko lebih tinggi.
5. Usia
Orang yang lebih tua lebih rentan. Tapi ternyata anak muda pun bisa kena — kayak saya.
6. Gaya Hidup Pasif
Terlalu lama duduk atau tiduran bisa bikin tubuh kehilangan kemampuan refleks untuk menyesuaikan tekanan darah. Buat kamu yang kerja depan laptop seharian (yes, termasuk saya dulu), hati-hati ya.
Cara Diagnosa Hipotensi Ortostatik: Proses yang Saya Jalani
Pas ke dokter, saya dikasih beberapa tes:
-
Pengukuran tekanan darah dalam posisi tiduran, duduk, dan berdiri. Ini yang utama.
-
Tes darah, buat cek apakah saya anemia atau dehidrasi.
-
Tes EKG, buat lihat kondisi jantung.
-
Kadang juga ada tilt table test – saya nggak sampai tes ini sih, tapi ini biasanya dipakai kalau gejalanya berat.
Prosesnya nggak menyakitkan, cuma perlu waktu dan kesabaran.
Pengobatan Hipotensi Ortostatik: Gimana Cara Saya Atasi?
Setelah tahu saya kena hipotensi ortostatik ringan, dokter kasih beberapa tips praktis, dan saya terapin pelan-pelan. Nggak langsung sembuh, tapi lumayan banget ngurangin frekuensi dan intensitasnya.
1. Minum Air Lebih Banyak
Ini dasar banget, tapi penting. Target saya sekarang 2-3 liter sehari. Saya pasang reminder di HP buat minum tiap jam. Nggak gampang, tapi membantu banget.
2. Bangun Secara Perlahan
Kalau dari tiduran, saya sekarang bangun pelan-pelan. Duduk dulu beberapa detik, baru berdiri. Sama juga waktu dari duduk ke berdiri.
3. Kompresi Kaki
Saya sempat coba stocking kompresi yang biasa dipakai buat varises. Fungsinya bantu mendorong darah naik ke atas. Not stylish, tapi efektif.
4. Konsumsi Garam (Dengan Hati-hati)
Dokter nyaranin sedikit peningkatan asupan garam. Tapi hati-hati, ini harus dibarengin dengan pantauan tekanan darah.
5. Makanan Kecil Tapi Sering
Saya biasa makan 3x sehari. Tapi setelah tahu ada Hipotensi Ortostatik, saya bagi jadi 5x porsi kecil. Karena makan besar kadang malah bikin gengtoto drop.
6. Hindari Alkohol
Ini juga penting. Alkohol bisa memperlebar pembuluh darah dan memperparah gejala.
Gaya Hidup yang Saya Ubah
Bukan cuma soal minum dan makan. Saya juga mulai:
-
Olahraga ringan kayak jalan pagi, yoga
-
Menghindari duduk lama — tiap 30 menit saya berdiri dan jalan dikit
-
Lebih aware soal postur dan posisi tubuh
Jujur aja, nggak mudah. Tapi efeknya terasa. Saya sekarang lebih jarang ngerasa pusing mendadak. Masih ada sih sesekali, tapi jauh lebih ringan.
Kapan Harus Khawatir?
Kalau kamu sering banget pingsan, atau gejala makin parah, sebaiknya jangan tunda buat ke dokter. Bisa jadi ada masalah serius di balik Hipotensi Ortostatik — misalnya gangguan jantung atau saraf.
Apalagi kalau kamu juga:
-
Punya riwayat penyakit jantung
-
Diabetes
-
Baru ganti obat
-
Berat badan menurun drastis
Lebih baik aman daripada telat, kan?
Hal-Hal yang Sering Salah Kaprah tentang Hipotensi Ortostatik
Banyak orang (termasuk saya dulu) kira Hipotensi Ortostatik cuma:
-
“Kurang darah”
-
“Masuk angin”
-
“Tipes?”
-
“Kurang tidur aja kali”
Padahal enggak sesederhana itu. Memang bisa karena hal-hal ringan, tapi bisa juga tanda awal masalah kesehatan yang lebih besar.
Pelajaran Penting Hipotensi Ortostatik yang Saya Dapat
Yang paling utama: dengerin tubuh sendiri.
Dulu saya cuek banget. Padahal tubuh udah ngasih sinyal lewat pusing, lemas, dan lain-lain. Setelah sadar dan mulai perhatian, saya jadi lebih bisa menjaga keseimbangan hidup.
Dan satu lagi, gaya hidup sehat itu bukan opsi, tapi keharusan. Bukan berarti harus ke gym tiap hari. Cukup jaga pola makan, hidrasi, dan aktif bergerak.
Hipotensi vs Hipertensi: Jangan Ketuker!
Banyak orang lebih kenal hipertensi (tekanan darah tinggi) dibanding hipotensi. Padahal keduanya sama-sama serius. Kalau hipertensi dikaitkan dengan risiko stroke, hipotensi bisa bikin cedera karena jatuh, bahkan gangguan otak kalau parah.
Hipotensi ortostatik ini unik karena muncul karena perubahan posisi. Jadi, bukan cuma tekanan darah rendah aja.
Tips Tambahan Buat Kamu yang Sering Alami Hipotensi Ortostatik
-
Jangan mandi air panas terlalu lama
-
Hindari berdiri lama di satu tempat
-
Gunakan bantal lebih tinggi saat tidur
-
Kalau bisa, angkat sedikit bagian kepala tempat tidur
-
Jangan langsung berdiri habis makan berat
Dukungan Psikologis Itu Juga Penting
Saya sempat merasa aneh, takut kena penyakit berat. Tapi setelah tahu kondisi ini bisa dikelola, saya jadi lebih tenang.
Jangan ragu untuk cerita ke teman, keluarga, atau komunitas healthy. Bahkan ngobrol di forum online pun bisa bantu banget.
Penutup: Dengarkan Tubuh, Jangan Takut Tanya Dokter
Hipotensi ortostatik memang bisa bikin panik, tapi kalau kita tahu penyebab dan cara ngatasinya, nggak perlu terlalu takut. Yang penting, kita kenali gejalanya, cari tahu penyebabnya, dan atur gaya hidup kita.
Jangan anggap remeh pusing sesaat. Kadang, itu cara tubuh kita ngomong, “Hei, aku butuh perhatian.”
Dan satu hal terakhir dari saya: jangan malu buat tanya dan belajar. Tubuh kita itu kompleks — kita punya hak untuk tahu dan menjaga sebaik mungkin.
Baca juga artikel kesehatan berikut: Kram Otot: Otot Mengencang Mendadak, Ini Sebabnya