Saya dulu nggak terlalu peduli sama kesehatan mata. Buat saya, selama bisa lihat dengan jelas dan nggak butuh kacamata, ya berarti mata saya sehat. Sampai suatu hari, ayah saya divonis glaukoma.
Awalnya, gejalanya nyaris nggak kelihatan. Beliau cuma bilang matanya kadang terasa berat, kadang agak buram, tapi karena masih bisa lihat TV dan baca koran, ya dibiarkan saja. Sampai akhirnya satu mata kehilangan penglihatan secara bertahap.
Di sinilah saya sadar: glaukoma itu silent killer-nya mata. Pelan tapi pasti bisa bikin buta permanen. Dan yang paling bikin miris? Banyak orang nggak sadar mereka mengidapnya sampai terlambat. Jadi pertanyaannya: apakah tekanan mata tinggi selalu berbahaya? Perlukah kita khawatir?
Jawabannya: iya, kita perlu waspada. Tapi mari kita bahas pelan-pelan.
Apa Itu Glaukoma?
Glaukoma adalah sekelompok penyakit mata yang menyebabkan kerusakan saraf optik, biasanya akibat tekanan intraokular (TIO) yang terlalu tinggi. Saraf optik adalah jalur utama yang menghubungkan mata ke otak. Kalau saraf ini rusak, penglihatan bisa terganggu — dan yang lebih parah, bisa hilang selamanya.
Tekanan mata tinggi sendiri bukan penyakit, tapi faktor risiko utama glaukoma. Artinya, tidak semua orang dengan tekanan mata tinggi akan kena glaukoma, tapi sebagian besar penderita glaukoma punya tekanan mata di atas normal.
Tekanan normal mata berkisar 10–21 mmHg. Kalau lebih dari itu, maka harus diawasi lebih serius.
Jenis-Jenis Glaukoma
Setelah banyak baca dan ikut konsultasi dokter bersama ayah, saya baru tahu ternyata glaukoma itu ada beberapa jenis. Dan masing-masing punya karakteristik yang beda.
1. Glaukoma Sudut Terbuka (Open-Angle Glaucoma)
Jenis paling umum. Terjadi secara bertahap. Aliran cairan mata tersumbat secara perlahan, meningkatkan tekanan, dan merusak saraf optik. Biasanya tanpa gejala sampai stadium lanjut.
2. Glaukoma Sudut Tertutup (Angle-Closure Glaucoma)
Jenis ini lebih langka tapi berbahaya. Terjadi secara tiba-tiba karena penyumbatan mendadak. Gejalanya bisa sangat nyeri: mata merah, mual, pandangan kabur. Ini darurat medis.
3. Glaukoma Normal Tension
Unik karena terjadi meskipun tekanan mata normal. Artinya, penyebab utamanya bukan tekanan, tapi kemungkinan karena sirkulasi darah atau sensitivitas saraf optik.
4. Glaukoma Sekunder
Disebabkan oleh penyakit lain seperti peradangan mata, diabetes, atau cedera.
5. Glaukoma Kongenital
Terjadi sejak lahir, meskipun sangat jarang. Biasanya langsung diketahui lewat skrining bayi baru lahir.
Siapa yang Berisiko Terkena Glaukoma?
Setelah pengalaman keluarga, saya jadi sadar bahwa deteksi dini adalah segalanya. Tapi siapa sih yang perlu lebih waspada? Ternyata kelompok berikut punya risiko lebih tinggi:
-
Usia di atas 40 tahun
-
Riwayat keluarga glaukoma
-
Diabetes atau hipertensi
-
Rabun jauh berat (miopia) atau rabun dekat parah
-
Cedera mata sebelumnya
-
Penggunaan obat steroid jangka panjang
-
Tekanan mata tinggi (Ocular Hypertension)
Ayah saya punya dua di antaranya: usia lanjut dan tekanan mata tinggi. Tapi karena tidak rutin periksa, ya jadi ketahuan saat sudah parah.
Gejala Glaukoma: Diam-Diam Mengintai
Yang bikin glaukoma bahaya adalah karena gejalanya nyaris tak terasa. Ini beberapa tanda yang perlu diperhatikan:
-
Pandangan mulai kabur di tepi (tunnel vision)
-
Sakit kepala atau mata
-
Mata merah
-
Lingkaran cahaya saat lihat lampu
-
Mual atau muntah (pada glaukoma akut)
-
Penurunan tajam lapang pandang
Pada ayah saya, awalnya cuma merasa “mata sering capek”. Nggak ada sakit, nggak ada kemerahan. Tapi saat tes lapang pandang dilakukan, ternyata sebagian besar penglihatan sisi kiri sudah hilang.
Diagnosis: Jangan Cuma Andalkan Tes Mata Biasa
Kalau kamu pergi ke optik buat tes kacamata, itu belum cukup buat mendeteksi glaukoma. Tes yang diperlukan biasanya dilakukan oleh dokter spesialis mata:
-
Tonometri: mengukur tekanan intraokular
-
Oftalmoskopi: melihat kondisi saraf optik
-
Tes lapang pandang (perimetry): mengecek seberapa luas pandangan kamu
-
Pachymetry: mengukur ketebalan kornea (karena ini memengaruhi hasil tonometri)
Kalau kamu punya riwayat keluarga glaukoma, wajib banget tes ini setahun sekali. Jangan tunggu gejala muncul.
Pengobatan Glaukoma: Bisa Dihambat, Bukan Disembuhkan
Satu hal yang perlu dipahami: kerusakan akibat glaukoma tidak bisa dipulihkan. Tapi kalau dideteksi dini, kamu bisa memperlambat atau menghentikan perkembangannya.
Pilihan pengobatan antara lain:
1. Obat Tetes Mata
Biasanya jadi lini pertama. Fungsinya untuk menurunkan produksi cairan mata atau meningkatkan aliran keluarnya. Contohnya: prostaglandin analog, beta blocker, alpha agonist.
Tapi saya perhatikan ayah saya suka lupa pakai. Ini bahaya. Tetes mata harus dipakai rutin sesuai jadwal. Kalau bolong, tekanan mata bisa naik lagi.
2. Obat Oral
Digunakan bila tetes mata kurang efektif. Biasanya punya efek samping lebih berat, seperti mual atau kelelahan.
3. Laser
Prosedur laser bisa membuka saluran drainase yang tersumbat (trabeculoplasty) atau membuat lubang kecil di iris (iridotomy).
4. Operasi
Kalau semuanya gagal, maka dilakukan pembedahan seperti trabeculectomy atau pemasangan shunt untuk mengalirkan cairan.
Hidup dengan Glaukoma: Bisa Kok Tetap Aktif
Saya salut dengan ayah saya yang meski hanya bisa melihat dengan satu mata sekarang, tetap aktif. Beliau belajar pakai lensa khusus, rutin kontrol, dan jaga tekanan darah.
Glaukoma bukan akhir segalanya. Tapi memang perlu penyesuaian gaya hidup healthy:
-
Jangan mengangkat beban terlalu berat
-
Hindari posisi kepala di bawah terlalu lama (misalnya yoga inversi)
-
Batasi kafein berlebih
-
Hindari stres (karena bisa memicu tekanan intraokular)
Banyak penderita glaukoma yang tetap bisa bekerja, mengemudi, bahkan traveling. Yang penting adalah kontrol dan disiplin.
Pencegahan: Bisa Dilakukan dari Sekarang
Berita baiknya, kamu bisa mulai mencegah atau meminimalkan risiko glaukoma dari sekarang:
-
Cek mata rutin tiap tahun, terutama usia 40 ke atas
-
Kendalikan diabetes dan tekanan darah
-
Hindari penggunaan steroid sembarangan
-
Gunakan pelindung mata saat olahraga atau kerja risiko tinggi
-
Pola hidup sehat: olahraga teratur, makan bergizi, dan istirahat cukup
Saya pribadi sekarang mulai rajin tes mata — minimal setahun sekali. Nggak cuma untuk glaukoma, tapi juga deteksi dini katarak atau degenerasi makula.
Mitos dan Fakta Seputar Glaukoma
Ada beberapa anggapan salah yang pernah saya dengar, dan ingin saya luruskan:
-
“Glaukoma hanya menyerang orang tua.”
Faktanya, bisa terjadi di usia muda, terutama yang punya faktor risiko. -
“Kalau nggak ada gejala, berarti mata sehat.”
Glaukoma sering tak bergejala sampai kerusakan serius terjadi. -
“Kalau sudah operasi, pasti sembuh total.”
Operasi hanya mengontrol tekanan mata, bukan mengembalikan penglihatan. -
“Glaukoma bisa sembuh pakai herbal.”
Hati-hati. Belum ada bukti ilmiah yang kuat untuk pengobatan herbal glaukoma.
Kapan Harus Periksa ke Dokter Mata?
Kalau kamu mengalami salah satu dari ini, segera periksa:
-
Pandangan buram yang menetap
-
Sering sakit kepala atau nyeri mata
-
Lingkaran cahaya saat melihat cahaya
-
Ada riwayat keluarga glaukoma
-
Baru mengalami cedera mata
Jangan tunggu. Lebih baik periksa dan hasilnya normal, daripada menyesal nanti.
Penutup: Waspada Tapi Jangan Panik
Saya menulis artikel ini bukan untuk menakut-nakuti, tapi untuk mengajak kamu lebih peduli. Glaukoma itu nyata. Dan semakin kita tahu, semakin besar peluang kita menyelamatkan penglihatan.
Ayah saya mungkin terlambat, tapi kamu tidak harus begitu. Luangkan waktu untuk cek mata. Jaga kesehatan secara menyeluruh. Dan jangan abaikan tanda-tanda kecil.
Karena kadang, yang tak terasa… justru paling berbahaya.
Hati-hati dengan penyakit berikut: Hipotensi Ortostatik Gengtoto: Pusing Saat Berdiri Tiba-Tiba