Fenty Beauty: Revolusi Dunia Kecantikan dari Rihanna Industri

Fenty Beauty

Jakarta, autonomicmaterials.com – Di tahun 2017, dunia kecantikan mengalami momen penting yang tak bisa diabaikan. Saat itu, seorang musisi global, entrepreneur, dan ikon budaya bernama Rihanna, memperkenalkan sebuah brand kosmetik yang bukan cuma soal makeup, tapi sebuah pernyataan: Fenty Beauty.

Banyak yang skeptis waktu itu. Ya, karena selebriti membuat brand makeup sudah bukan hal baru. Tapi apa bedanya Fenty? Kenapa dunia tiba-tiba begitu heboh?

Jawabannya terletak pada satu hal: inklusi.

Fenty Beauty langsung menarik perhatian karena saat peluncuran perdananya, mereka merilis 40 shade foundation sekaligus—sesuatu yang sangat langka di industri saat itu. Biasanya brand hanya menyediakan 5–10 shade, seringkali hanya fokus pada tone terang. Tapi Fenty hadir untuk semua: dari kulit paling terang hingga yang paling gelap.

Saya masih ingat waktu itu, salah satu beauty vlogger asal Nigeria menangis saat menemukan foundation yang benar-benar sesuai warna kulitnya untuk pertama kali dalam hidup. Reaksi emosional seperti ini menyebar cepat di media sosial. Fenty bukan cuma kosmetik, tapi pengalaman yang selama ini dirampas banyak orang oleh standar kecantikan sempit.

Nama Fenty sendiri berasal dari nama keluarga Rihanna—Robyn Rihanna Fenty. Ia menggandeng LVMH (pemilik Louis Vuitton, Dior, dan kawan-kawan) untuk mengembangkan lini produk dengan kualitas premium, harga masih masuk akal, dan nilai yang kuat.

Filosofi Fenty Beauty—Dunia Kosmetik yang Merangkul Semua Warna

Fenty Beauty

Dari awal, Rihanna menekankan bahwa ia tidak ingin membangun brand hanya untuk tampil cantik di atas panggung. Fenty Beauty adalah tentang pemberdayaan, ekspresi diri, dan menciptakan ruang aman bagi semua orang untuk tampil versi terbaik dari diri mereka sendiri.

Hal ini terlihat dalam semua lini kampanye Fenty. Setiap iklan, video tutorial, bahkan feed media sosial mereka menampilkan wajah-wajah dari berbagai ras, usia, gender, dan kondisi kulit. Kamu akan melihat model transgender, remaja dengan vitiligo, wanita berhijab, hingga pria yang memakai highlighter tanpa merasa aneh. Semua tampil percaya diri.

Konsep inklusi ini kemudian dikenal dengan sebutan “The Fenty Effect.” Banyak brand besar yang sebelumnya cuek pada variasi warna kulit, tiba-tiba terburu-buru merilis shade baru dan memperluas jangkauan warna mereka setelah Fenty muncul.

Salah satu kampanye ikonik mereka adalah “Beauty for All”, yang memperlihatkan betapa pentingnya menghadirkan produk yang tidak membuat orang merasa “dipinggirkan”. Rihanna mengatakan dalam satu wawancara, “I never wanted anyone to feel like they’re not invited to the party.”

Dan itu terasa. Bahkan konsumen di Indonesia, yang seringkali kesulitan menemukan shade foundation yang cocok dengan undertone kuning langsat atau sawo matang, merasa lebih percaya diri membeli makeup setelah Fenty masuk Sephora Asia.

Produk-Produk Andalan Fenty Beauty—Bukan Cuma Viral, Tapi Memang Berkualitas

Fenty Beauty bukan hanya soal cerita dan kampanye sosial. Produk-produknya pun benar-benar memenuhi ekspektasi pasar. Mari kita bedah beberapa lini yang jadi favorit dan banyak disebut sebagai “holy grail” oleh para beauty enthusiast.

1. Pro Filt’r Soft Matte Longwear Foundation

Ini dia produk yang memulai semuanya. Foundation dengan tekstur ringan, finish matte, dan ketahanan luar biasa. Formulanya dirancang agar tidak mudah oxidize dan cocok untuk berbagai jenis kulit, termasuk kombinasi dan berminyak.

Kini sudah berkembang menjadi dua versi: matte dan hydrating, menyesuaikan kebutuhan kulit kering juga.

2. Killawatt Freestyle Highlighter

Produk ini langsung viral karena shade “Trophy Wife” yang berupa highlighter emas super menyala—tapi entah kenapa, tetap cocok di kulit gelap maupun terang. Banyak yang menyebut ini sebagai highlighter pertama yang membuat orang merasa “senang menjadi ekstra.”

Bahkan orang-orang yang sebelumnya nggak suka pakai highlighter mulai penasaran dan akhirnya jatuh cinta.

3. Gloss Bomb Universal Lip Luminizer

Lip gloss yang satu ini adalah legenda baru. Teksturnya tidak lengket, efek kilapnya pas, dan aromanya manis seperti vanilla. Uniknya, meski hanya punya beberapa warna, semua cocok dipakai oleh banyak tone bibir.

4. Mattemoiselle Lipsticks dan Cheeks Out Cream Blush

Lipstik matte-nya hadir dalam warna-warna bold seperti biru, hitam, ungu metalik—yang selama ini dianggap “tidak marketable”. Tapi Fenty membuktikan bahwa ekspresi diri lewat warna bukan tren sesaat, tapi kebutuhan.

Begitu juga dengan blush-on krim mereka yang mudah dibaur, cocok untuk pemula, dan warnanya natural banget di kulit tropis.

Pengaruh Fenty Beauty di Industri, Budaya Pop, dan Indonesia

Fenty Beauty berhasil menciptakan narasi baru bahwa makeup bukan soal “menyesuaikan diri dengan standar kecantikan”, tapi soal merayakan keberagaman kecantikan. Itulah kenapa dampaknya jauh melampaui penjualan dan review produk.

1. Mendorong Brand Lain Lebih Inklusif

Setelah kemunculan Fenty, banyak brand besar seperti Dior, Estee Lauder, bahkan Maybelline, mulai memperluas shade mereka. Ini yang disebut “The Fenty Effect.” Brand lain sadar, bahwa mereka harus menyesuaikan diri jika ingin relevan.

2. Rihanna Jadi Ikon Kecantikan dan Bisnis

Rihanna sendiri kini lebih dikenal sebagai pengusaha beauty daripada musisi. Bahkan saat Forbes menyebut dia miliarder, sebagian besar kekayaannya datang dari Fenty Beauty, bukan dari lagu-lagunya.

3. Pasar Asia dan Indonesia Merespons Positif

Di Indonesia, Fenty Beauty masuk lewat Sephora dan official online store. Produk seperti foundation dan lip gloss-nya laku keras. Banyak beauty vlogger lokal mereviewnya dengan positif, termasuk untuk pemilik kulit tropis yang seringkali terpinggirkan dalam shade global.

Contohnya, beauty creator seperti Abel Cantika dan Nanda Arsyinta sempat menyebut bahwa akhirnya mereka menemukan base makeup yang cocok tanpa harus “ngakalin” dua produk sekaligus.

Masa Depan Fenty Beauty—Dari Kosmetik ke Gaya Hidup Inklusif

Saat ini, Fenty Beauty tidak berdiri sendiri. Rihanna memperluas kerajaannya ke lini Fenty Skin, kemudian untuk pakaian dalam, dan bahkan sempat menggoda publik dengan Fenty Parfum.

Fenty Skin mengikuti jejak yang sama: produk skincare yang lembut, ramah untuk semua gender, dan menargetkan semua jenis kulit. Formulanya fokus ke hasil alami dan tidak memberikan janji palsu seperti “kulit putih dalam 3 hari.”

Yang menarik, semua produk Fenty selalu disertai komunikasi yang lugas, empatik, dan transparan. Mulai dari ingredients, cara pakai, hingga representation. Tidak ada yang terasa eksklusif atau mengintimidasi. Justru Fenty tampil seperti sahabat yang menyemangati kamu di depan kaca.

Penutup: Fenty Beauty Bukan Sekadar Brand, Tapi Gerakan Kecantikan yang Otentik

Fenty Beauty mengajarkan bahwa industri kecantikan tidak seharusnya hanya mempercantik luar, tapi juga memperkuat dalam. Ia membuktikan bahwa keberagaman bukan ancaman, tapi kekuatan. Bahwa makeup bisa membuat orang merasa diterima, dihargai, dan diberdayakan.

Buat kita di Indonesia—dengan keberagaman warna kulit dan jenis wajah yang sangat beragam—kehadiran Fenty terasa seperti angin segar. Karena akhirnya ada brand global yang tidak memaksa kita untuk jadi “mirip artis Korea” atau “putih bersinar”, tapi cukup jadi diri sendiri, dan tetap merasa cantik.

Dan itulah keindahan Fenty Beauty: ia tidak memaksa kita untuk berubah, tapi mengingatkan bahwa kita sudah cukup—dan makeup hanyalah cermin dari itu.

Baca Juga Konten Dengan Artikel Terkait Tentang: Beauty

Baca Juga Artikel Dari: Manfaat dan Keajaiban Creambath Aloe Vera untuk Perawatan Rambut Alami

Author