MAC Cosmetics: Perjalanan Ikonik dan Kekuatan Branding

MAC Cosmetics

Jakarta, autonomicmaterials.com – Awal cerita MAC Cosmetics terdengar seperti dongeng industri kecantikan yang nyaris klise—tapi jangan salah, ini bukan sekadar soal lipstik dan maskara. Tahun 1984, dua sosok kreatif asal Kanada, Frank Toskan dan Frank Angelo, memulai sebuah revolusi kecil dari sebuah dapur apartemen. Ya, dapur.

Waktu itu, dunia makeup belum terlalu ramah untuk kebutuhan para model dan fotografer. Warna-warna makeup seringkali memudar di bawah sorot lampu kamera. Toskan, yang seorang fotografer dan makeup artist, merasa frustrasi. Bersama Angelo, seorang pemilik salon, mereka menciptakan produk pertama MAC (Make-Up Art Cosmetics)—produk yang memang dirancang untuk tampil tahan banting di dunia fotografi dan runway.

Tidak butuh waktu lama hingga para model dan makeup artist New York mulai melirik MAC. Dan kamu tahu gimana kelanjutannya, kan? Produk demi produk bermunculan—dari foundation cair yang cocok untuk segala jenis kulit hingga lipstik Ruby Woo yang sampai hari ini masih jadi cult-favorite.

Yang membuat MAC berbeda saat itu? Mereka menjual produk di wadah hitam minimalis, bukan kemasan cantik berwarna pastel seperti tren waktu itu. Dan orang menyukainya. Bukan cuma karena hasilnya bagus, tapi karena MAC terasa berani, edgy, dan out of the box.

Filosofi “All Ages, All Races, All Genders” yang Mengubah Industri

MAC Cosmetics

Salah satu hal paling radikal (dan jujur saja, menyegarkan) dari MAC adalah pesan inklusivitasnya. Sejak awal berdiri, MAC telah mengusung slogan yang berani untuk eranya: “All Ages, All Races, All Genders.”

Ingat, ini tahun 80-an—jauh sebelum gender fluidity menjadi percakapan populer. Sementara brand lain masih bermain aman dengan citra perempuan feminin kulit putih, MAC berani menampilkan pria bermakeup, wanita tua, kulit gelap, albino, hingga transgender di materi promosinya.

Salah satu kampanye ikonik MAC adalah ketika mereka menggandeng RuPaul sebagai brand ambassador pria pertama. Dunia saat itu terbelalak, dan MAC… terus melaju. Ini bukan cuma soal marketing. Mereka benar-benar menghidupkan misi inklusivitas ini di toko-toko mereka.

Para beauty advisor MAC bukan hanya penjual, tapi juga makeup artist sungguhan. Mereka tidak akan memaksamu membeli, tapi akan bermain makeup denganmu. Pernah satu kali, aku menemani teman membeli foundation di gerai MAC, dan sang BA justru bilang, “Kalau kamu nggak yakin, mending coba dulu seharian. Balik lagi kalau cocok.”

Itu bukan cuma servis. Itu respect.

Produk Bintang dan Filosofi “Artist-First”

Kalau kamu tanya pecinta makeup profesional mana pun—makeup artist, beauty vlogger, sampai penari broadway—tentang produk favorit mereka, kemungkinan besar akan muncul nama MAC.

Kenapa bisa sekuat itu? Karena MAC sejak awal tidak dibuat untuk pasar massal, tapi untuk para seniman. Filosofi “artist-first” mereka mengubah cara produk dikembangkan: bukan berdasarkan tren pasar, tapi berdasarkan kebutuhan di lapangan.

Contohnya?

  • Studio Fix Foundation: coverage tinggi yang tetap ringan di kulit.

  • Lipstik Ruby Woo: matte, merah-biru yang bikin gigi kelihatan lebih putih.

  • Paint Pot: eyeshadow base serbaguna, favorit para MUA.

  • Fix+ Spray: hybrid skincare dan setting spray yang bisa dipakai sebelum dan sesudah makeup.

Dan jangan lupakan edisi-edisi kolaborasi MAC yang selalu jadi buruan kolektor—dari Disney, Hello Kitty, sampai Nicki Minaj.

Yang menarik, MAC selalu menjaga keseimbangan antara profesional dan komersial. Mereka tetap jadi pilihan panggung fashion week, tapi juga mengisi etalase Sephora dan mall-mall besar.

MAC AIDS Fund dan Aktivisme yang Autentik

Salah satu aspek MAC yang sering terlupakan adalah aktivitas sosial mereka. Pada tahun 1994, mereka meluncurkan MAC AIDS Fund dan kampanye Viva Glam—di mana 100% hasil penjualan lipstik Viva Glam disumbangkan untuk penderita HIV/AIDS.

Bukan cuma 5%, bukan sekadar “persen kecil dari keuntungan.” Tapi seluruh penjualannya.

Dan yang luar biasa? Banyak selebriti mendukung kampanye ini. Nama-nama seperti Lady Gaga, Rihanna, hingga Miley Cyrus pernah menjadi wajah Viva Glam. Kampanye ini tidak hanya mengumpulkan dana—tapi juga mengangkat stigma.

Total dana yang dikumpulkan? Lebih dari US$500 juta sejak kampanye dimulai.

Sebagai jurnalis kecantikan yang pernah mewawancarai beberapa aktivis HIV di Asia, aku mendengar sendiri bagaimana bantuan dari MAC AIDS Fund bisa mengubah hidup mereka. Ini bukan CSR kosong. Ini aksi nyata.

Di dunia brand yang penuh pencitraan, MAC berdiri sebagai contoh langka—aktivisme yang konsisten dan nyata selama puluhan tahun.

Apa Rahasia MAC Tetap Relevan di Tengah Gempuran Gen Z?

Pertanyaannya sekarang: masih relevankah MAC di era TikTok, skinimalism, dan no-makeup makeup?

Jawabannya: iya, tapi dengan adaptasi.

Memang, beberapa tahun lalu sempat muncul anggapan kalau MAC “ketinggalan zaman.” Brand baru seperti Fenty Beauty dan Rare Beauty membawa napas segar dalam hal shade inclusivity dan campaign storytelling. Tapi MAC nggak tinggal diam. Mereka mulai bertransformasi—lebih aktif di TikTok, berkolaborasi dengan beauty influencer, bahkan meluncurkan produk baru yang lebih skin-friendly seperti Studio Radiance Serum-Powered Foundation.

Dan jujur aja, Gen Z itu pinter. Mereka suka brand dengan heritage, tapi bukan yang kaku. MAC punya warisan panjang, tapi juga lentur. Dan yang paling penting, mereka tahu cara bercerita.

Contohnya? Kolaborasi MAC dengan Stranger Things. Anak muda yang nonton series itu mungkin nggak tahu sejarah MAC, tapi mereka tahu Eleven. Dan begitu mereka pakai lipstik MAC, mereka ikut masuk ke dunia yang lebih besar.

MAC bukan sekadar jualan makeup. Mereka menjual pengalaman, ekspresi diri, dan sejarah.

Satu hal yang perlu diingat juga: ketika semua orang mencoba terlihat “clean, glowing, effortless,” MAC masih setia pada statement look. Bukan karena mereka melawan arus, tapi karena mereka tahu, masih banyak orang yang ingin tampil berani, ekspresif, dan unapologetic.

Dan selama manusia masih punya wajah untuk diekspresikan, MAC akan tetap punya tempat.

Baca Juga Konten Dengan Artikel Terkait Tentang: Beauty

Baca Juga Artikel Dari: MAC Studio Fix: Wajib Punya untuk Tampilan Flawless!

Kunjungi Website Resmi: bosjoko

Author